Menjadi Ibu Rumahtangga

You know guyyyysss I just released my book abaout feminism (and history) and you know what I am doing right now in Germany? just take care of my house, cleaning and going to gym regularly. Well, perhaps some of you find being a housewife and a feminist are contradiction. I tell you, no it is not.

Ahsianying gw kebanyakan pakai bahasa inggris karena gw di sini membaca dan berbicara dalam bahasa inggris. not so much improve on my grammar sih, tapi ya lumayan aja. Tapi gimana struktur berpikir gw masih bahasa indonesia cuma kosa katanya aja diganti jadi bahasa inggris atau jerman. Oh iya, jerman. Gimana perkembangan bahasa Jerman gw? gatau ah segitu-segitu aja. Sebab, unlikely bahasa Inggris yang artinya bisa diterjemahkan aja dalam kamus, bahasa jerman enggak. Hampir kalimat dan kata itu terikat pada grammar. Misalnya aja nih:

Bahasa Indonesia:
Kapan uang kamu datang?
Akhir bulan ini

Bahasa Bangka:
Kapan duit ka' sampai lah?
Bulen ni'

Inggris:
When your money will come?
By the end of this month

Bahasa Jerman:
Wann bekommest du dein Geld?
Ende dieser Woche

Nah sekarang bandingkan kalimat pertama. Bahasa Inggris ke Indonesia bisa diterjemahkan secara litteral menjadi, "kapan uang kamu akan datang?" dengan bantuan kamus karena kata-kata: when, your, money, will dan come bisa diartikan secara harfiah. Tapi kalau bahasa Jerman, yang keluar di kamus cuma kata Wann, du dan Geld. Mengapa? karena kata bekommest adalah kata kerja yang berubah karena subjek. Infinitif atau kata kerja aslinya adalah bekommen. Kalau di kamus yang keluar cuma bekommen, gak akan ada bekommest keluar kecuali kamus lu cukup canggih, mahal nan berbayar. Jadi si bekkomen terikat dengan kata du. Begitu pula dengan kata dein yang kepemilikan benda gender maskulin milik orang kedua (du/kamu/you/ika').

Kenapa gw masukin terjemahan bahasa daerah gw, Bangka, tanpa kasih analisis gramatik? karena gw gak tau dan biar keren aja gitu gw bisa menguasai bahasa daerah juga. Bangga coy!

Oke balik lagi, sekarang kalimat kedua. Ini agak kompleks karena ada grammatik dalam translasi bahasa inggris ke bahasa Indonesia. Justru, pengalihbahasaan secara harfiah Indonesia ke Jerman akan jadi lebih mudah. Tapi kata-kata bahasa Jerman yang akan muncul dalam kamus hanya ende dan Woche (harus pakai huruf besar kalau kata benda). Kenapa? karena dieser atau dalam arti bahasa Indonesia adalah "yang ini" merujuk pada kata benda Woche yang singular dan feminim. Kesel gak?

Jadi syarat grammatik bahasa Jerman gak kaya bahasa Inggris yang kita bisa membangun kalimat simple present dengan sekedar kosa kata dasar. Kita harus mengenal apakah kata benda itu gendernya apa dan jumlahnya berapa. Enggak kaya kita bilang kata-kata dan kura-kura walaupun prinsipnya pengulangan, enggak menunujukan jumlah nominal yang pasti karena bahasa Indoensia super simpel dan flexibel sekaligus membingungkan karena tidak ada aturan baku yang konsisten.

_________________________________________________________________________________

Nah loh kenapa dah gw jadi ngomongin itu. Gw tuh mau ngomongin bahwa gw sekarang jadi ibu rumah tangga full time setelah kontrak kerja gw sebagai peneliti dengan Magdalene.co habis. Gw masih jadi penulis kolom tetap sih cuma kan kalau nulis opini doang gajinya gak seberapa. Hiks.

Jadi di sini gw masih menunggu sampai termin gw di Ausländeramtdan mendapatkan resident permit gw. Karena tanpa resident permit gw gak bisa bekerja atau sejenisnya. Gw udah gagal sekolah akrena salah planning dan gw enggak mengetahui sistem pendidikan di Jerman yang gak boleh lintas-jurusan. Yea, kemarin gw coba apply crossing ke ilmu politik dan development studies tapi ditolak mentah-mentah. Gw heran banget development studies gw ditolak pedahal gw udah punya NGO gw sendiri! Pihak kampus udah bersedia kalau gw mengajukan banding tapi gw pikir males ah. Gw lebih baik fokus belajar bahasa jerman dulu selama setahun dan ningkatin level bahasa supaya gw bisa apply jurusan sejarah aja di kampus2 sini. Mungkin memang takdir jalan hidupku sebagai seorang sejarawan. DUH JADI SEJARAWAN MAH GAK AKAN KAYA GW!

yah yaudah deh. Mana suami gw juga akademisi, kami gak akan kaya dan punya rumah di pinggir sungai Rhein dah. Tapi yaudah gapapa aku ikhlas yang penting bahagia. Anyway gw mulai stop dulu kegiatan promosi buku gw di media online sebab CETAKANNYA SUDAH HABIS wkwkwkwkkwkwk penerbit sempat cetak ulang sedikit, gw rasa untuk menambah stok aja sih. Percuma kan kalau cetak ulang banyak2 lagi kalau gw masih ada di Jerman. Akan lebih asik bikin diskusi dan seminar langsung kalau gw ada di Indonesia. Suami gw akan bikin penelitian dengan Unhas Makassar akhir tahun ini dan gw bisa aja isi slot untuk bikin diskusi di kampus tersebut yekan, semoga penerbit gw seneng ehehehehe

Gw sebenernya sedih banget aja di sini dan gak ngapa2in untuk SGRC. Sekarang kami lagi buat sistem untuk mendata kasus-kasus kekerasan seksual siber dan memberdayakan peer konselor di kampus-kampus. This is such a big step karena kami udah punya kantor, npwp dna program. Sebelnya ini program bukan gw yang kelola. Jika saja gw udah selesai sekolah dan harus memulai karier gw lagi di Indonesia bersama SGRC. I wouldn't mind. Itu organisasi udah kaya anak sendiri. Pas dia registrasi rasanya kaya udah bisa jalan dan sekarang punya NPWP rasanya ini anak udah masuk SMA aja. Ya ampun gini ya rasanya jadi orangtua.

JANGAN HARAP GW MAU BUNTING HANYA KARENA GW KAWIN DENGAN BULE! Hih sebel deh kalau bilang "ayo kapan punya anak" pen gw tampol rasanya. Apalagi yang bilang perbaikan keturunan. HELOOOOOWWW GW YANG CAKEP KALEEEEE~ gw muak banget dengan daya upaya bujuk rayu berbagai orang untuk mempersuasi supaya gw hamil. Tidak mau dan tidak akan. Setiap kali ortu gw nanya apakah gw udah "isi" gw akan jawab ngaco-ngaco. Padahal gw udah berkali-kali bilang ke ortu gw bahwa gw gak akan bunting. Et dah ini dunia udah mau kiamat masih gak kapok aja manusia berkembang biak.

Gila gw gak ada kerjaan banget sampai bisa nulis sepanjang ini. Gw udah baca dua artikel dan jurnal tapi kaya gak ada will buat nulis dan have no idea gitu loh mau nulis apa. Mungkin gw emang harus lebih banyak membaca lagi dan ikut drama-drama di internet supaya gw tau apa yang bisa gw tulis, gw pikirkan dan lakukan selain memasak, mengotori dapur dan merapikannya lagi.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Membicarakan Feminisme

Pengalaman Pertama ke Pride Cologne 2019

Resep Brownies 3 Mangkok Legendaris Nadyazura (Beserta FAQ membuat Brownies enak)