Beda Pikiran dan Kedewasaan Pasca Menikah

Jadi setelah gw muter-muter gak jelas sama Ve buat cuci mata lihat baju seperti yang setiap minggu kami lakukan, kami sampai pada pembicaraan hal-hal yang membedakan pikiran kami saat belum dan setelah menikah. Ohya kenalan dulu, si Ve ini tetangga sekaligus sohib gw orang Indonesia yang usianya gak jauh beda sama gw sekaligus nikahnya juga cuma beda setahun. Latar belakang pergaulan Jakarta kita bikin kami nyambung banget asli karena sama-saaa mantan anak Jaksel yang satu visi misi dah. Kami juga gila sama Disney Princess maka jadilah hampir setiap hari kami ngobrol atau seminggu sekali cuci mata lihat-lihat pakaian ke kota. Topik obrolan kami ya kebanyakan emang ibu-ibu banget gitu seputar belanjaan dan gimana dulu kehidupan kerja di Jakarta.

Jadi saat kami lagi menyusuri Friedenplatz menuju toko pakaian, gw cerita bagaimana perbedaan tingkah laku dan prioritas anak-anak sebaya kita sekitar 24-27an lah dengan gaya hidup ala Jakarta, pelajar di kota kami dan kami sendiri selaku ibu-ibu. Gw merasa kalau belum menikah dan sudah menikah itu bawa pengaruh yang beda banget khususnya cara pandang dan skala prioritas. Di usia yang sama, temen-temen seusia kami yang tinggal di Bonn yang belum menikah masih bisa begadang, nongkrong sampai malam, party sampai pagi atau enggak bikin daftar list belanjaan.

Di usia yang sama kaya kami juga, temen-temen di Jakarta bisa tiao hari beli Starbuck dan akai kartu kredit untuk belanja pakaian yang disuka. Tapi kami enggak bisa. Kalau kami ibu-ibu pada nongkrong di hari minggu kami tau senin akan pada kerja maka dari itu sebelum jam 11 malam pasti udah pada pulang karena tubuh butuh istirahat. Kalaupun gw karaoke party sama ibuibu nih hari Jumat/Sabtu enggak akan bisa di atas jam 12 pulang karena ada suami (dan anak) kalau ada yang menunggu di rumah. Kami paham bahwa enggak bisa ikut party after work, enggak bisa mabok sampai muntah, enggak bisa nongkrong tiap hari karena ada kehidupan dan komitmen yang harus dipertanggungjawabkan.

Bukan, bukan berarti gw sedih karena enggak bisa hura-hura gak tau batasan lagi kaya masih single ataupun kangen hidup gw begadang sampai jam 2 pagi karena nongkrong sama temen-temen sekedar ngobrol gak jelas. Gw senang gw pernah mengalami hal-hal tersebut tapi gw juga enggak rindu dan berharap masa-masa itu keulang lagi. Gw sangat bahagia dengan kehidupan gw yang bisa atur prioritas saat ini. Di mana gw enggak bisa party lebih dari jam 12 karena suami gw nunggu di rumah, enggak bisa nongkrong tiap hari karena harus beresin rumah, sex harus pakai kondom karena belum siap secara finansial untuk punya anak. Di pernikahan gw belajar untuk mengatur prioritas. Seperti yang Ve bilang, kita belajar mengatur dan mendahulukan apa yang penting.

Misal gw seneng banget bisa seharian nongkrong sama Ve tapi kita paham bahwa harus jemput anak, bersihin rumah, cuci baju. Kita bisa aja ignore itu semua tapi gak mau. Gw rasa itu deh poin dari kedewasaan. Dewasa berarti kita bisa berpikir rasional tentang apa-apa saja yang pantas diperjuangkan dalam hidup ini. Kita tau seberapa pengaruh kita ke lingkungan dan orang sekitar. Dewasa berarti gw bisa makan cake cokelat setiap hari di pagi hari karena enggak akan ada yang melarang dan gw punya uang sendiri. Tapi gw sadar kalau amkan cake coklat tiap hari sebagai sarapan enggak bagus. Pertama buat lambung di pagi hari karena banyak gula, kemduian akan sugar rush dan cepat lapar lagi. Gw juga mikir kalori yang masuk.

Jadi dewasa kita bisa melakukan banyak hal sekaligus berpikir hal-hal apa saja yang penting. Tidak ada yang gw sesali dari masa lalu gw dan semuanya memberi pelajaran. Gw sayang sahabat-sahabat gw di Jakarta seperti gw sayang sama sahabat-sahabat baru gw di kota sekarang. Karena hidup jalan terus ke depan, kita harus berpikir untuk gimana terus bertahan hidup dan belajar untuk terus jadi lebih baik. Enggak hanya pada gw saja tapi pada suami gw dan semua orang yang gw sayangi.

Comments

Popular posts from this blog

Buku Membicarakan Feminisme

Pengalaman Pertama ke Pride Cologne 2019

Resep Brownies 3 Mangkok Legendaris Nadyazura (Beserta FAQ membuat Brownies enak)