Cerita ambil kuliah sejarah perbudakan

 Jadi gw akan pakai Medium untuk tulisan-tulisan gw berbahasa enggres dan pakai blog ini untuk nulis bahasa indonesia lucu-lucu aja. Gimana dengan diary dengan nama-nama binatang kemarin? KAGA JADI. Gw terlalu malas untuk bikin story line dan lanjutin cerita. Gw mending latihan nulis naratif bin enak pakai blog biasa aj gitu kan. 

Sumpah dah kuliah master tuh bikin kemampuan gw nulis santai naratif lancar bahagia ditelan jargon-jargon akademisi. Masa gw nulis ke media ditolak mulu karena cakupan tulisan gw dibilang terlalu luas. jadi kan gw studi sejarah perbudakan nih, nah gw tuh pengen dog ilmu yang gw dapatkan dari kampus Universitas Bonn tercinta dihibahkan kepada kawan-kawan dengan bahasa Indonesia. Sebuah transfer pengetahuan gitu, tapi jauh panggang dari api. Habits create people itu benar adanya. Gw yang terbiasa baca jurnal ilmiah mentah-mentah dan menulis paper atau tugas kuliah, harus memasukan semua pengetahuan yang gw serap dari bahan-bahan bacaan itu semua-muanya. Dan namanya nulis paper ke kalangan akademisi, nulis konsep di atas konsep kan biasa banget yekan. TAPI BEGITU NULIS BUAT PUBLIK WADUUUUH

Nulis esai biasa yang seperti waktu jaman gw di DW juga rasanya gw harus latihan berkali-kali untuk ulang belajar menulis. Gw nulis satu bahan kuliah studi perbudakan ini tapi hasilnya adalah: terlalu panjang, terlalu luas, terlalu banyak konsep. Aku ingin menangis karen sekarang tulisanku jele sekali untuk dikonsumsi publik. What is wrong with meeeeee!!! pengetahuan tambah banyak tapi justru kemampuan menyampaikan pengetahuan dengan menyenangkan yang hilang. Aku tidak mau kemampuan menulis naratifku hilaaaaaang tydaaaaaaccc!!!!

Maka sebagai penulis yang memiliki mental tidak mudah menyerah, gw kontak semua editor-editor keren kenalan gw: mulai dari mentor penulis sejarah favorit gw, redaktur media terkenal di Indonesia dan satu media online khusus sejarah untuk "membentuk" tulisan gw sesuai dengan minat dan karakteristik instutusi tersebut. Biar apa? ya biar portofolio dan hitung-hitung menambah kerjaan menulis lagi yekan. Kontrak nulis gw di DW Indonesia habis and somehow buat nulis di Magdalene, bahkan editor gw mbak Hera bilang tulisan gw jadi berkurang mutu tekniknya karena terlalu obsesif pakai konsep-konsep besar. Hiks mbak Hera maafkan aku, studi pasca sarjana ini membuat aku tidak membumi, dasar menara gading sialan.

Omong-omong soal kuliah karena blog ini tentang kuliah yekan, gw suka banget ternyata ambil kuliah master dan kuliah sejarah lagi. Awal-awalnya gw gak pede dan malu kalau ngomong di kelas sebab siapalah saya, dasar mental auslander (pendatang) gw ini. Tapi lama kelamaan baru ketauan bahwa gw baca buku lebih giat dan gw tahu lebih banyak teori dan metodelogi di banding teman-teman di kelas. Kepercayaan diri gw muncul, ternyata mental Auslander yang membuat gw bekerja 3x lipat lebih keras ini membuahkan hasil: pengetahuan gw lebih banyak. Gw jadi lebih pede nimbrung diskusi di kelas. Ujian gw juga lancar jaya FC alias lulus semua. Nilai bagus dan di semester pertama gw udah mengajukan diri untuk menulis tesis tentang awal peradaban dan ketergantungan dengan lingkungan. Dosen dan supervisor bilang oke. Gw mulai mencicil bacaan dengan beli buku-buku bekas dan donlot bacaan yang kira2 yang ada buku bekas yang jual wekekekeke

Asik gak sih kuliah studi perbudakan? asik banget, gw belajar tema-tema kontemporer kenapa ada rasisme. Kemarin kan Saut Situmorang om-om resek sok intelek itu sok-sokan kritisi tulisan gw tentang pos feminisme dan sok ceramahin gw tentang rasisme dan kapitalisme. WOW GW BELAJAR SATU SEMESTER 9 SKS BUAT TOPIK TERSEBUT!!! Itu baru tentang asal-usul budak dan rasisme, belum soal penerapan aplikasi di framework sosiologis dan kasus-kasus di wilayah kolonialisme. Maksud gw adalah, plis deh, rasisme enggak pernah bisa dipisahkan dari mode produksi kapitalisme dan sejarah umat manusia. Perbudakan adalah langkah awal kita emahami sejarah rasisme dan mencongkel kebijakan-kebijakan rasis, klasis dan seksis yang bersemayam di pemerintah dan hukum legal saat ini. I dont need om-om sotoy to teach me about how racism support capitalism, I fucking study it.

Gimana-gimana? naratif gw udah balik apa belum sih, apakah gw harus terus-terusan melatih diri gw dengan menulis iniiiiii. Hmm hmmm hmmm satu hal yang pasti gw masih harus baca dua bab buku yang gw edit dan menulis satu bab untuk jurnal yang deadlinenya akhir bulan Maret. Semoga kerja kerasku terbayar dengan tambahan uang buat beli tiket ke Indonesia. Ganbatte!

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pertama ke Pride Cologne 2019

Buku Membicarakan Feminisme

Resep Brownies 3 Mangkok Legendaris Nadyazura (Beserta FAQ membuat Brownies enak)